Home » » Rokok, Kopi, dan Prestasi

Rokok, Kopi, dan Prestasi

Permasalahan yang muncul di tengah masyarakat kita, antara rokok dan kopi, adalah urusan kesehatan dan penyakit. Banyak yang dapat kita lihat, misalnya pamflet atau baliho iklan rokok di jalan-jalan raya yang memasang tulisan "merokok bisa menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin". Begitu pula yang tertera di setiap kemasan rokok.

Sebenarnya, di balik pesan itu, ada rasa ketakutan pada kematian. Kalau memang itu yang ingin disampaikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, mengapa di bungkus rokok atau pesan di baliho tidak ditulis saja secara ringkas sehingga mudah dimengerti pembacanya, "MEROKOK MENYEBABKAN KEMATIAN"?.

Saya ingin menyampaikan bahwa rokok dan kopi -sebagai partner setianya- masih dapat dilihat dalam frame positif. Saya memang penikmat kopi, -seperti mBah Surip almarhum- tapi bukan pecandu rokok, meski sesekali saya juga menyedotnya. Dan, di sinilah saya ingin melakukan pembelaan atas rokok dan kopi.

Ada banyak komunitas agama yang menyatakan bahwa rokok itu haram dengan berbagai dalil/postulat sebagai alasannya. Saya tidak menafikan hal itu. Ada banyak pakar kesehatan yang menyatakan bahwa rokok itu membahayakan kesehatan penikmatnya maupun pihak yang pasif. Saya juga menghargai hal itu. Keberadaan keduanya didukung oleh mereka yang tidak merokok.


Perlu diketahui, bahwa hal yang berbahaya dan tidak efisien soal rokok adalah motivasi si perokok. Mengapa seseorang merokok? Kita mestinya juga tidak boleh menafikan bahwa ada orang yang "harus" merokok untuk tetap berprestasi (bekerja dan berkarya). Mungkin tidak banyak orang seperti itu. Tapi, mereka ada. Nah, yang menjengkelkan adalah orang yang merokok karena ingin bergaya, karena ingin dianggap gaul, karena ingin dianggap sebagai laki-laki sejati (perokok identik dengan laki-laki).

Mereka inilah perokok yang tidak pernah melihat dan memperhitungkan lingkungan sekitarnya. Mereka tidak atau belum menyadari bahwa di sebelahnya ada orang yang sedang sakit dan sangat tidak nyaman dengan asap rokok. Mereka ini perokok palsu.

Tentu saja beda dengan perokok sebenarnya yang merokok untuk mencapai prestasi mereka. Biasanya, mereka memilih tempat untuk merokok; di warung, di cafe, di teras atau belakang rumah, di hutan, di gunung, di mobil pribadi, atau di tempat saat mereka menunggu sesuatu. Karena, merokok perlu kenyamanan, sama halnya dengan kenyamanan yang diinginkan orang yang tidak merokok. Sandingannya rokok, yaitu kopi. Entahlah, keduanya seperti pasangan pas.

Jadi, boleh saja ada "acara" pembatasan untuk tidak merokok di publik area, bahkan ada "acara" yang lebih menarik lagi, yaitu denda bagi perokok yang tidak mengindahkan "acara" itu. Sungguh, keinginan berprestasi harus selalu ada di diri setiap insan yang masih sanggup bernafas. Termasuk pada para perokok. Hatta ada "acara" yang sampai tidak memberikan ruang untuk merokok secara bebas bagi mereka. Poinnya, yang namanya PRESTASI tidak bisa dimonopoli hanya oleh orang yang tidak merokok.




sumber : Hermawan Diasmanto

Related Post:

Share this article :

Ditulis Oleh : Ngkuy Baelah Salamilamina ~ Sekedar Berbagi Informasi

Artikel Rokok, Kopi, dan Prestasi ini diposting oleh Ngkuy Baelah Salamilamina . Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar :

 

Copyright © 2011. sekedar berbagi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger