Penggunaan karet pengaman atau kondom
secara konsisten memang dapat mengurangi penyebaran HIV. Namun apakah
penggunaan kondom juga dapat menjadi jawaban atas meningkatnya rata-rata
kasus penyakit menular seksual akhir-akhir ini? Itulah pertanyaan yang
menjadi perdebatan para ahli dalam jurnal British Medical Journal edisi
terbaru.
Beberapa ahli seperti Markus Steiner dan
Willard Cates dari Family Health International berpendapat bahwa kondom
sejauh ini tetap menjadi sebuah solusi terbaik khususnya bagi orang yang
terbilang “aktif” secara seksual. Kondom dapat menekan risiko dan
kemungkinan mengidap penyakit menular seksual atau pun menyebarkan
infeksi (jika pengguna sudah terinfeksi).
Walaupun dalam sejumlah pembuktian masih
terbilang inkonsisten, beberapa riset menunjukkan bahwa kondom merupakan
sebuah benteng fisik yang efektif terhadap penularan patogen atau bibit
penyakit, ungkap Steiner dan Cates.
Sebagai bukti akan efektivitas kondom,
Steiner dan cates merujuk pada sebuah tinjauan terbaru yang
mengungkapkan bahwa penggunaan kondom juga dapat menurunkan risiko
penyakit gonore dan chlamydia baik pada pria maupun wanita. Riset juga
menunjukkan bahwa penggunaan kondom yang konsisten dan benar dapat
menurunkan risikopenyakit herpes dan infeksi human papillomavirus.
Walaupun begitu, efektivitas kondom masih
menjadi perdebatan terutama berkaitan dengan upaya promosi
penggunaannya di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Masalah lain
yang muncul adalah promosi penggunaan kondom pun dapat menimbulkan
risiko lainnya.
Tidak sepenuhnya aman
Seperti halnya sebuah alat pengaman (sabuk pengaman atau kantung udara
pada kendaraan), para ahli menilai kondom tidaklah 100 persen efektif.
Pesan yang akurat tentang kondom seharusnya dibangun dengan risiko
pencegahan yang seluas-luasnya serta pendekatan penurunan risiko.
Para ahli menganjurkan agar para dokter
memberi penyuluhan kepada orang yang aktif secara seksual bahwa
penggunaan kondom dapat menurunkan risiko berbagai jenis infeksi. Mereka
juga perlu menekankan pentingnya akan penggunaan kondom yang benar dan
konsisten untuk mengurangi risiko secara optimal.
Sementara itu ahli dari Universitas
Alberta, Stephen Genuis, berargumen bahwa pendekatan yang lebih
komprehensif dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Menurutnya, kondom
bukanlah jawaban pasti dalam mengatasi infeksi penyakit seksual, karena
alat ini tidak memberikan cukup proteksi terhadap penyakit biasa.
Hubungan seksual secara umum melibatkan kontak antara kulit di dalam
area genital eksternal yang tidak dilindungi oleh kondom.
Namun problem utama kondom menurutnya
adalah kebanyakan orang, terutama remaja dan dewasa, tidak
menggunakannya secara konsisten, dan terkesan menghiraukan bukti ilmu
pengetahuan. Ia merujuk pada banyak penelitian besar di mana upaya
bersama untuk mempromosikan penggunaan kondom secara konsisten terbukti
gagal mengendalikan penyebaran penyakit seksual – bahkan di
negara-negara dengan pendidikan seks yang maju seperti Kanada, Swedia
dan Swiss.
Data juga menunjukkan bahwa mengubah
perilaku seksual (setia dengan pasangan, menurunkan jumlah pekerja seks)
terbukti lebih baik ketimbang penyebaran kondom dalam menurunkan risiko
terjadinya infeksi di beberapa negara seperti Thailand dan Kamboja.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan dua pertiga kasus penyakit menular seksual di dunia
terjadi pada remaja dan dewasa muda. Sejauh ini banyak sekali remaja
yang belum tersentuh pendidikan seksual khususnya yang terfokus mengenai
kondom.